Tuesday, October 1, 1996

Anda Perfeksionis ?


Hidup ini indah kok. Mengapa cemas tak sempurna ?

Sempurna, sebuah atribut yang banyak diperjuangkan orang. Seringkali keinginan untuk sempurna tersebut menjadi sebuah motivasi yang kuat. Tetapi sebaliknya kegagalan mencapainya dapat menciptakan rasa cemas, bersalah, dan perasaan tak enak lainnya.
Seorang perfeksionis tidak mudah puas dengan dirinya, tak peduli betapa bagusnya hsil yang dicapai. Biasanya mereka punya target yang tinggi. Tetapi dorongan untuk berprestasi itu tidak semata-mata didesak oleh ambisi. Ada yang lebih berperan, yaitu rasa takut untuk ditolak. Dan ketakutan ini ternyata tumbuh sejak dini.
“Seorang anak perfeksionis akan merasa khawatir bahwa mereka tak akan dicintai bila tak berhasil,” demikian Collette Darison, seorang psikolog pada Child Development Center Virginia Frank di Chicago. (Physicology Today, January 1995).
“Mereka merasa tak berharga jika orang-orang tak setuju dengan mereka,” tambahnya. Akibatnya, anak-anak seperti ini berusaha keras untuk menyenangkan orang tua, teman, atau guru.
Bahaya? Ya. Apalagi kalau sifat perfeksionis ini terus dibawa sampai dewasa. Dia akan terus menerus cemas dan tak menikmati apa yang dicapai. Kemampuan menikmati hidup akan terbatas karena tak pernah puas. Dan seringkali -tanpa disadari- dia berusaha agar anak-anaknya menjadi orang yang sempurna.
Ketidakpuasan seorang perfeksionis sejatinya merupakan motivator bagi anak-anaknya. Tapi menjadi tak sehat bila dia menaruh harapan yang tidak realistik. Orang tua seperti ini hidup melalui anak-anaknya, dan merasa sukses anaknya adalah sukses dirinya. Akibatnya, segala harapan ditumpahkan untuk membentuk anak yang sempurna.
Beberapa sifat yang khas terdapat pada orang-orang yang gila kesempurnaan ini. Antara lain, tak toleran pada kesalahan-kesalahan dan suka membuang-buang waktu. “Bila mereka melakukan sesuatu yang terlihat hasilnya –seperti menulis atau pekerjaan kreatif lainnya- bukan main lama waktu yang dibutuhkannya, “tutur Darison. Boleh jaid hasilnya bagus sekali, tapi begitu banyak usaha dan waktu yang dibutuhkannya, sampai kreativitas jadi tak efektif.

Sifat lain adalah kecenderungan menunda-nunda. Bila dihadapkan pada proyek yang sulit atau jangka panjang, seorang perfeksionis akan menundanya sampai menit terakhir. Akarnya jelas, takut gagal. Akibatnya seringkali mereka tak mau mencoba hal-hal yang baru. Yang agak parah mereka mudah iri hati. Dalam pandangannya, semua orang, kecuali dirinya, adalah sempurna. Tak heran kalau seumur hidup mereka akan selalu iri hati.





Jika anda seorang perfeksionis, ada beberapa saran dari psikolog untuk menghindari penyakit ini. Terimalah kesempurnaan seperti apa yang ada dalam diri Anda. Realistis saja. Lalu, beranilah bereksperimen. Jangan melarutkan diri dalam kesukaran, tetapi coba dan hadapilah risiko yang terjadi. Tentu saja yang ingin dicapai harus realistis dan masih dalam jangkauan kemampuan. Selanjutnya kembangkan sikap yang sehat terhadap kesalahan. Tak usah menyesal mati-matian… Rileks saja. Hidup ini menyenangkan kok.

(961001)