Awal keberhasilan sebuah usaha
ADA
YANG SELALU menjadi pertanyaan dalam diri Tony. Menurut pengamatannya, Irvan
rekan akrabnya semasa kuliah, laju bisnisnya lebih kencang. Padahal dari segi
kemampuan maupun usaha, Tony merasa tidak kalah dengan Irvan. Tapi mengapa
sahabatnya itu lebih sering berhasil dalam menggaet sejumlah tender yang
diikutinya.
Secara
analitis, apa yang dirisaukan Tony tidaklah salah. Adalah benar bahwa dalam
dunia bisnis soal kemampuan, intuisi, serta perhitungan rasionalitas sangat
menentukan. Namun ada satu hal yang luput dari pengamatannya: Pesona Kharisma.
Sebuah ‘talenta tersembunyi’ yang dimiliki Irvan tetapi tidak ada pada diri
Tony. Kharisma inilah yang membantu Irvan sehingga berhasil menanamkan
kepercayaan pada klien-kliennya.
Kharisma
memang sebuah rahasia. Seseorang tidak akan bisa mengenalinya tanpa memupuk
sekaligus merawatnya dengan baik. Menurut Sosiolog jerman Max Weber, kharisma
adalah kualitas tertentu seorang individu yang menyebabkan dirinya berberda
dengan orang biasa. Ia akan diperlakukan seperti orang yang dikaruniai sifat
adikodrati, adimanusiawi atau paling tidak kekuatan atau kualitas yang luar
biasa.
Charm of Charisma |
Kelebihan
seperti ini memang tidak menghinggapi semua orang. Tapi, tidak menutup
kemungkinan, pesona kharisma tersebut dapat diperjuangkan dan dapat pula
dibentuk pada setiap pribadi, termasuk Anda. Memang, kharisma yang berhasil
Anda bentuk barangkali tidak akan mencapai tataran setinggi yang dimiliki John
F. Kennnedy, Evita Peron, atau Putri Diana. Namun setidaknya Anda telah meraih
sebuah kelebihan, yang sedikit banyak akan membantu dalam langkah usaha Anda.
Sayangnya,
tak sedikit orang yang terjebak dalam langkah yang kurang tepat dalam membentuk
sebuah kharisma. Pakaian mahal, mobil mewah serta benda-benda lain yang
eksklusif lantas dipercaya dapat menumbuhkan pesona kharisma pada diri mereka.
Bahkan tak jarang melahirkan praktek-praktek menghalalkan segala cara.
Misalnya, mengorbankan harga diri lewat jasa dunia supranatural, dengan pernak-pernik
seperti susuk atau daya pemikat lainnya. Masalahnya sekarang, haruskah pesona kharisma
dibentuk melalui benda-benda mewah serta kembang setaman-dupa kemenyan ?
Sebenarnya
banyak jalan menuju Roma, sebanyak itu pula cara menemukan kharisma. Marcia
Grad dalam bukunya ‘Charisma’ menyodorkan alternatif
tentang cara memupuk ‘keajaiban yang teristimewa’ ini. Potensi (kharisma)
setiap orang memang berbeda. Namun menurutnya, untuk menciptakan dan
mengembangkan aura kharismatik tersebut, maka langkah perdana yang harus kita
tempuh adalah membebaskan batin kita yang sesungguhnya menjadi lebih terampil
dalam mengalami dan menyatakan kebahagiaan. Kemudian, membina pandangan positif
yang berdasarkan sistem falsafah yang sehat. Dan, memiliki cara pendekatan
terhadap kehidupan yang penuh semangat dan antusias.
Maka,
jika Anda tidak mau terjebak dalam pencarian yang justru bisa merugikan Anda
sendiri, saran Marcia Grad di atas bisa menjadi renungan. Kenali potensi yang
membalut diri Anda sendiri. Sejauh mana potensi yang membalut diri Anda
sendiri. Sejauh mana potensi itu dapat Anda kembangkan hingga menjadi sebuah
kharisma. Walaupun kehidupan bukan kontes popularitas, namun riak kehidupan
yang semakin kompetitif telah menuntut seluruh panca indera kita untuk selalu
tanggap dan jeli terhadap berbagai bentuk persaingan (sehat). Dan, bila Anda
ingin eksis dalam ‘pertarungan’ menjelang abad 21 ini, kharisma adalah kunci
awal kemenangan itu. Tak ada salahnya Anda coba.
(971013)