Monday, October 13, 1997

PESONA KHARISMA


Awal keberhasilan sebuah usaha

                ADA YANG SELALU menjadi pertanyaan dalam diri Tony. Menurut pengamatannya, Irvan rekan akrabnya semasa kuliah, laju bisnisnya lebih kencang. Padahal dari segi kemampuan maupun usaha, Tony merasa tidak kalah dengan Irvan. Tapi mengapa sahabatnya itu lebih sering berhasil dalam menggaet sejumlah tender yang diikutinya.
                Secara analitis, apa yang dirisaukan Tony tidaklah salah. Adalah benar bahwa dalam dunia bisnis soal kemampuan, intuisi, serta perhitungan rasionalitas sangat menentukan. Namun ada satu hal yang luput dari pengamatannya: Pesona Kharisma. Sebuah ‘talenta tersembunyi’ yang dimiliki Irvan tetapi tidak ada pada diri Tony. Kharisma inilah yang membantu Irvan sehingga berhasil menanamkan kepercayaan pada klien-kliennya.
                Kharisma memang sebuah rahasia. Seseorang tidak akan bisa mengenalinya tanpa memupuk sekaligus merawatnya dengan baik. Menurut Sosiolog jerman Max Weber, kharisma adalah kualitas tertentu seorang individu yang menyebabkan dirinya berberda dengan orang biasa. Ia akan diperlakukan seperti orang yang dikaruniai sifat adikodrati, adimanusiawi atau paling tidak kekuatan atau kualitas yang luar biasa.
PESONA KHARISMA
Charm of Charisma
                Kelebihan seperti ini memang tidak menghinggapi semua orang. Tapi, tidak menutup kemungkinan, pesona kharisma tersebut dapat diperjuangkan dan dapat pula dibentuk pada setiap pribadi, termasuk Anda. Memang, kharisma yang berhasil Anda bentuk barangkali tidak akan mencapai tataran setinggi yang dimiliki John F. Kennnedy, Evita Peron, atau Putri Diana. Namun setidaknya Anda telah meraih sebuah kelebihan, yang sedikit banyak akan membantu dalam langkah usaha Anda.
                Sayangnya, tak sedikit orang yang terjebak dalam langkah yang kurang tepat dalam membentuk sebuah kharisma. Pakaian mahal, mobil mewah serta benda-benda lain yang eksklusif lantas dipercaya dapat menumbuhkan pesona kharisma pada diri mereka. Bahkan tak jarang melahirkan praktek-praktek menghalalkan segala cara. Misalnya, mengorbankan harga diri lewat jasa dunia supranatural, dengan pernak-pernik seperti susuk atau daya pemikat lainnya. Masalahnya sekarang, haruskah pesona kharisma dibentuk melalui benda-benda mewah serta kembang setaman-dupa kemenyan ?
                Sebenarnya banyak jalan menuju Roma, sebanyak itu pula cara menemukan kharisma. Marcia Grad dalam bukunya ‘Charisma’ menyodorkan alternatif tentang cara memupuk ‘keajaiban yang teristimewa’ ini. Potensi (kharisma) setiap orang memang berbeda. Namun menurutnya, untuk menciptakan dan mengembangkan aura kharismatik tersebut, maka langkah perdana yang harus kita tempuh adalah membebaskan batin kita yang sesungguhnya menjadi lebih terampil dalam mengalami dan menyatakan kebahagiaan. Kemudian, membina pandangan positif yang berdasarkan sistem falsafah yang sehat. Dan, memiliki cara pendekatan terhadap kehidupan yang penuh semangat dan antusias.
                Maka, jika Anda tidak mau terjebak dalam pencarian yang justru bisa merugikan Anda sendiri, saran Marcia Grad di atas bisa menjadi renungan. Kenali potensi yang membalut diri Anda sendiri. Sejauh mana potensi yang membalut diri Anda sendiri. Sejauh mana potensi itu dapat Anda kembangkan hingga menjadi sebuah kharisma. Walaupun kehidupan bukan kontes popularitas, namun riak kehidupan yang semakin kompetitif telah menuntut seluruh panca indera kita untuk selalu tanggap dan jeli terhadap berbagai bentuk persaingan (sehat). Dan, bila Anda ingin eksis dalam ‘pertarungan’ menjelang abad 21 ini, kharisma adalah kunci awal kemenangan itu. Tak ada salahnya Anda coba.

 (971013)

Thursday, March 6, 1997

Psikosomatik


Dari psikis merambah ke fisik

Dalam lingkungan bisnis yang terus bergejolak dan makin kompetitif, ditambah beban kerja yang terus menghimpit, seorang eksekutif ataupun para professional di zaman modern ini cenderung menderita gangguan psikosomatik.
                Roy salah satunya. Eksekutif salah satu perusahaan swasta terkenal ini, sudah tiga bulan merasakan nyut-nyut di kepala. Kaki serta tangannya selalu kesemutan. Juga ia mudah terkejut dan tersinggung. Badan pun rasanya sering lesu dan gairah kerja menurun. Namun ketika memeriksa diri ke dokter ternyata kondisi tubuhnya sehat. Setelah beberapa kali menjalani pemeriksaan, ketahuan penyakitnya bersumber dari hubungan yang tidak harmonis dengan pemimpinnya serta beban kerja yang menumpuk. Kegelisahan ini lalu merembet dan menimpa fisiknya.
                Pengalaman eksekutif muda itu menunjukkan salah satu contoh penderita psikosomatik. Gangguan ini sebenarnya bersumber pada masalah kejiwaan. Faktor inilah yang merambat ke otak, kemudian mempengaruhi sistem saraf. Dari sini timbul keluhan fisik seperti perut kembung, sakit maag, jantung deg-degan, hipertensi, sulit tidur, dan rematik. Kendati ketika diperiksa ternyata kondisi tubuhnya sehat-sehat saja.
                Penyakit psikosomatik dapat menerpa setiap orang, tanpa batas usia. Di kalangan anak-anak gejala ini antara lain bersumber pada hubungan dengan orang tua, depresi dan disiplin. Gejala pada remaja berpangkal dari krisis masa pubertas, masalah sekolah, kecemasan masyarakat, kurang popular atau kebimbangan terhadapa nilai-nilai moral dan agama. Dan pada usia dewasa gejala ini dapat disebabkan krisis pada tiap fase: Kehidupan rumah tangga, keluarga, pekerjaan dan lingkungan, kondisi sosial yang berubah secara drastis juga sering menimbulkan gejala psikosomatik.
                Lalu bagaimana cara mengatasinya? Sebetulnya sederhana saja, yaitu usahanya harus datang dari penderita sendiri. Jalani saja hiduup dengan lebih santai, tidak ngoyo dan bersikap terbuka. Dan tak ketinggalan mendekatkan diri pada Sang Pencipta.



(970306)

Saturday, January 4, 1997

Negosiasi Melalui Ekspresi


Kemampuan membaca ekspresi non verbal berupa gerak-gerik tubuh atau bahasa tubuh, ternyata penting bagi kelancaran bisnis.
Negosiasi Melalui Ekspresi
                Hati-hati terhadap tubuh Anda sendiri. Gerak-gerik tubuh manusia ternyata bisa mengungkapkan “apa dan bagaimana” di balik pribadi orang tersebut. Tubuh bisa menceritakan apakah orang sedang marah, sedih, bingung, atau sedang berbohong.
                Allan Pease dalam bukunya yang popular Body Language mengatakan, hanya dalam waktu empat menit seseorang sudah dapat mengambil kesimpulan terhadap kepribadian lawan bicaranya melalui kata-kata yang digunakan, intonasinya, serta ekspresi dari bahasa tubuhnya.
                Dari tiga hal di atas, ternyata bahasa tubuh menjadi faktor penentu. Perannya bisa menapai 60 sampai 80 persen. Sedangkan intonasi, 20 sampai 40 persen. Lucunya, orang kadang tak peduli kesimpulan yang diambil benar atau tidak, isyarat tubuh yang ditangkapnya telah mempengaruhi dalam menilai untuk mengambil keputusan terhadap lawan bicaranya.
                Kenapa bahasa non verbal itu menjadi penting? “Anda bisa berbohong dengan kata-kata, tapi tidak dengan gerak-gerik tubuh,” tulis Pease. Mulut memang bisa berkata seperti apa yang diinginkan, tapi tubuh akan mengekspresikan apa yang dirasakan.
Body Language
                 Menurut Pease, ada tiga hal yang perlu diperhatikan untuk bisa menangkap isyarat bahasa tubuh seseorang. Pertama, gerakan anggota tubuhnya. “Jika ia berbicara sambil menggosok hidung, mengucek mata, atau mengusap pipi, biasanya ia sedang berbohong, “katanya. Kedua, sinyal yang diekspresikan dari bentuk tubuh seseorang, apakah tubuhnya gemuk atau kurus, tinggi atau pendek, botak atau berjenggot. Orang botak misalnya, bisa mengesankan bahwa dia seorang yang pintar.
                Yang ketiga adalah penampilan orang tersebut. Bagaimana dia mengambil jarak ketika berbicara, termasuk di sini caranya menghirup minuman, atau sikap duduknya. Orang yang duduk menyilangkan kaki dan menyilangkan tangan di dadanya menyiratkan pribadi tertutup atau sedang membangun benteng untuk membela diri. Tentu saja setiap bangsa memiliki ungkapan bahasa tubuh yang berbeda. Namun demikian, Pease menemukan hamper setiap bangsa di dunia memiliki tiga ciri bahasa tubuh untuk memulai komunikasi: anggukan kepala yang ramah, tatapan mata yang agak merendah sambil menyentuh bagian tubuh yang letaknya ada di atas sikut.
                Pengetahuan bahasa tubuh ini, menurut Pease, sangat penting buat mereka yang bekerja pada dunia komunikasi. Termasuk di sini staf pemasaran, humas, diplomat, pengusaha, juga wartawan. “Dengan mengenali bahasa tubuh, Anda bisa mengendalikan suasana hingga tujuan bisnis Anda lancar, “jelas Pease dalam satu seminarnya di Jakarta beberpa waktu yang lalu.
                Tapi, repotnya, kalau mereka sama-sama sudah pintar menerjemahkan bahasa tubuh ketika berhadap-hadapan, sulit baginya untuk mengenali mana bahasa tubuh yang asli dan mana yang sudah dimanipulasi. Nah… dalam hal ini Anda pun musti tetap berhati-hati.

(970104)