Karena
ada kecenderungan untuk memiliki, maka dalam cinta dapat timbul rasa cemburu.
Cinta bisa pudar jika yang ingin dimiliki tidak kesampaian. Bahkan cinta dapat
berubah jadi benci jika rasa memilikinya sangat besar.
Jadi
jelas antara cinta dan kasih memiliki pengertian yang berbeda bahkan
berlawanan. Lantas apakah cinta itu negatif? Tentunya tergantung dari sudut
mana kita memandang. Jika dari sudut cemburunya maka cinta itu negative. Tapi menjadi
positif jika kita pandang dari sudut keinginan untuk memelihara yang dicintai.
Dalam
suatu pergaulan pria dan wanita, suatu pasangan dapat dikatakan siap menuju
pernikahan jika sudah ada peningkatan fase cinta menjadi kasih. Pada saat
berpacaran, ucapan yang keluar adalah “saya mencintai pacar saya”. Kalimat ini
tepat, karena pada fase tersebut keinginan untuk memiliki sangat besar.
Kemudian saat menuju perkawinan, cinta mulai bergeser menuju rasa kasih
sehingga masing-masing bersedia memberikan dirinya (bukan hanya badannya,
melainkan perhatian, waktu, dll) kepada pihak lain. Dan seharusnya pada fase
ini rasa kasih jauh lebih menonjol daripada cinta.
Memang
kita tak dapat memiliki kasih saja tanpa cinta karena akan hambar. Tetapi kita
juga tidak bisa hidup hanya dengan cinta karena akan membawa kekecewaan yang
sangat berat. Cinta kasih harus dimiliki oleh setiap orang dalam hubungan
dengan orang lain. Dalam pemahaman cinta kasih maka keterikatan seseorang
dengan orang lain akan lebih erat. Banyak kita jumpai suatu pernikahan yang
tidak bahagia, hanya karena masing-masing pihak menginginkan cinta, menuntut
perhatian tanpa berniat memberikan perhatiannya kepada phak yang lain.
Tidak
, jarang seorang istri yang mengeluh, “Suami saya tidak seperti yang diharapkan
ketika masih berpacaran. Dia tidak mau membantu saya membereskan rumah,
mengurus anak, tidak lagi mendengar saya, semua diserahkan kepada saya.”
Barangkali banyak juga keluhan suami terhadap istrinya.
Kondisi
di atas dianggap wajar jika cinta tidak berubah menjadi cinta kasih ketika naik
pelaminan. Pada saat pacaran, kedua belah pihak berusaha mendapatkan apa yang
diharapkan. Setelah menikah semua itu sudah didapat. Tak ada lagi yang perlu
diperjuangkan. Masing-masing sekarang saling menuntut pasangannya untuk
memuaskan dirinya. Keinginan untuk memahami yang berarti keinginan untuk
memberikan dirinya kepada pasangannya tidak ada atau sangat kurang. Jika
situasi seperti ini tidak berubah maka jangan harap suatu pernikahan akan
bahagia. Semuanya akan menjadi semu.
Sebab itu penting sekali bagi pasangan yang belum menikah untuk benar-benar mengkaji dan membahas masalah ini bersama. Dan ini berlaku pula bagi pasangan suami istri yang mengalami masalah-masalah di atas jika ingin pernikahannya langgeng. Cinta kasih adalah perasaan yang harus dipelajari. Kebencian dan kerinduan, kepedihan dan kegembiraan. Yang satu mustahil dirasa tanpa yang lainnya. Kebahagiaan adalah tujuan akhir dari proses cinta kasih tersebut.
Dalam
dunia pekerjaan, perasaan inipun belum dikembangkan. Terhadap perusahaan tempat
kita bekerja ataupun terhadap pelanggan. Tidak mungkin kita dapat bekerjasama
dengan orang lain jika kita tidak memiliki kepedulian. Memahami apa yang
dibutuhkan pihak lain merupakan suatu tindakan untuk mewujudkan cinta kasih
tersebut.
Apakah
kita mengerti ke mana perusahaan kita ingin bergerak? Apakah kita memikirkan
apa yang dapat kita berikan kepada perusahaan? Apakah kita juga memikirkan
kebutuhan divisi yang lain? Semua itu sangat berpengaruh terhadap pelayanan
kita kepada masyarakat.
(171217)