Sunday, December 17, 2017

Merengkuh Cinta Dengan Kasih

                Seringkali kali kita menyamakan antara kata cinta dengan kasih. Padahal kenyataanya tidak demikian. Dalam kata cinta mengandung rasa memiliki, misalnya cinta tanah air, cinta pacar. Sebaliknya, dalam perkataan kasih, yang menonjol justru unsur memberi atau kesediaan memberi. Misalnya, mengasihi saudara. Di sini terkandung pengertian kesediaan memberikan sesuatu (perhatian, usaha, dll) yang diperlukan oleh saudara.
                Karena ada kecenderungan untuk memiliki, maka dalam cinta dapat timbul rasa cemburu. Cinta bisa pudar jika yang ingin dimiliki tidak kesampaian. Bahkan cinta dapat berubah jadi benci jika rasa memilikinya sangat besar.
           
Untuk tumbuh, cinta juga tidak perlu menunggu waktu, bahkan bisa timbul pada pandangan pertama. Sedangkan kasih perlu waktu yang tidak sebentar. Tidak pernah ada seseorang mengasihi orang lain tanpa suatu proses pergaulan. Seorang ayah tidak mungkin mengasihi anaknya jika ia tidak pernah memeliharanya (mengasuh, menukarkan baju, ganti popok, bercakap-cakap, dll).
                Jadi jelas antara cinta dan kasih memiliki pengertian yang berbeda bahkan berlawanan. Lantas apakah cinta itu negatif? Tentunya tergantung dari sudut mana kita memandang. Jika dari sudut cemburunya maka cinta itu negative. Tapi menjadi positif jika kita pandang dari sudut keinginan untuk memelihara yang dicintai.

               Dalam suatu pergaulan pria dan wanita, suatu pasangan dapat dikatakan siap menuju pernikahan jika sudah ada peningkatan fase cinta menjadi kasih. Pada saat berpacaran, ucapan yang keluar adalah “saya mencintai pacar saya”. Kalimat ini tepat, karena pada fase tersebut keinginan untuk memiliki sangat besar. Kemudian saat menuju perkawinan, cinta mulai bergeser menuju rasa kasih sehingga masing-masing bersedia memberikan dirinya (bukan hanya badannya, melainkan perhatian, waktu, dll) kepada pihak lain. Dan seharusnya pada fase ini rasa kasih jauh lebih menonjol daripada cinta.
                Memang kita tak dapat memiliki kasih saja tanpa cinta karena akan hambar. Tetapi kita juga tidak bisa hidup hanya dengan cinta karena akan membawa kekecewaan yang sangat berat. Cinta kasih harus dimiliki oleh setiap orang dalam hubungan dengan orang lain. Dalam pemahaman cinta kasih maka keterikatan seseorang dengan orang lain akan lebih erat. Banyak kita jumpai suatu pernikahan yang tidak bahagia, hanya karena masing-masing pihak menginginkan cinta, menuntut perhatian tanpa berniat memberikan perhatiannya kepada phak yang lain.
                Tidak , jarang seorang istri yang mengeluh, “Suami saya tidak seperti yang diharapkan ketika masih berpacaran. Dia tidak mau membantu saya membereskan rumah, mengurus anak, tidak lagi mendengar saya, semua diserahkan kepada saya.” Barangkali banyak juga keluhan suami terhadap istrinya.
                Kondisi di atas dianggap wajar jika cinta tidak berubah menjadi cinta kasih ketika naik pelaminan. Pada saat pacaran, kedua belah pihak berusaha mendapatkan apa yang diharapkan. Setelah menikah semua itu sudah didapat. Tak ada lagi yang perlu diperjuangkan. Masing-masing sekarang saling menuntut pasangannya untuk memuaskan dirinya. Keinginan untuk memahami yang berarti keinginan untuk memberikan dirinya kepada pasangannya tidak ada atau sangat kurang. Jika situasi seperti ini tidak berubah maka jangan harap suatu pernikahan akan bahagia. Semuanya akan menjadi semu.         

Sebab itu penting sekali bagi pasangan yang belum menikah untuk benar-benar mengkaji dan membahas masalah ini bersama. Dan ini berlaku pula bagi pasangan suami istri yang mengalami masalah-masalah di atas jika ingin pernikahannya langgeng. Cinta kasih adalah perasaan yang harus dipelajari. Kebencian dan kerinduan, kepedihan dan kegembiraan. Yang satu mustahil dirasa tanpa yang lainnya. Kebahagiaan adalah tujuan akhir dari proses cinta kasih tersebut.

                Dalam dunia pekerjaan, perasaan inipun belum dikembangkan. Terhadap perusahaan tempat kita bekerja ataupun terhadap pelanggan. Tidak mungkin kita dapat bekerjasama dengan orang lain jika kita tidak memiliki kepedulian. Memahami apa yang dibutuhkan pihak lain merupakan suatu tindakan untuk mewujudkan cinta kasih tersebut.
                 Apakah kita mengerti ke mana perusahaan kita ingin bergerak? Apakah kita memikirkan apa yang dapat kita berikan kepada perusahaan? Apakah kita juga memikirkan kebutuhan divisi yang lain? Semua itu sangat berpengaruh terhadap pelayanan kita kepada masyarakat.

(171217)